jika saya membuat film indie…

Posted: 30 Juli 2007 in pendidikan

Akhir-akhir ini, saya tidak mempunyai banyak waktu untuk menulis atau sekedar blogwalking. Bukan, bukan karena kerinduan saya itu membuat saya frustasi lalu pergi sambil membawa buntalan untuk mencari matahari. Bukan… Namun kesibukan sebagai seorang mahasiswa lah yang menyita banyak waktu saya. Tugas, praktikum, dan ujian. Sampai-sampai, saya baru mengetahui ada sebuah pertanyaan di sini.

Oke… Saya ingin membantu memberikan informasi banyak tentang pembuatan film. Namun ada beberapa hal yang ‘sedikit’ mengganjal. Pertama; pengalaman saya dalam pembuatan film itu masih sangat sedikit. Jumlah film yang pernah saya buat masih sangat sedikit (belum melebihi jumlah jari di satu tangan). Kedua; saya tidak tahu masalah teknis bagaimana yang ingin diketahui oleh mas Hang Ceking. Perlu diketahui bahwa permasalahan teknis dalam pembuatan film itu mencakup banyak teknik.  Ada wikibook yang membahas tentang hal ini secara lengkap. Lumayan bagus tuh…

Karena itu, yang akan saya lakukan hanyalah berbagi pengalaman (utamanya sih, permasalahan yang ditemui) pada saat membuat film dengan bujet terbatas (indie). Jadi begini…

Permasalahan utama yang akan dihadapi adalah pendanaan. Pendanaan ini akan mempengaruhi alat yang dapat disediakan. Alat yang tersedia akan mempengaruhi kualitas (gambar, suara, dan hal teknis lainnya) dari film. Yang tidak terpengaruh oleh pendanaan adalah kualitas cerita yang disampaikan dan excitement yang dirasakan oleh pembuat film dalam proses produksi. Yup, hanya dua hal itu saja.

Cerita adalah kekuatan utama dari sebuah film indie. Karena itu, cerita yang dikembangkan harus benar-benar menarik. Kekuatan cerita itu akan didukung oleh angle pengambilan gambar dan musik yang mengiringi. Coba bayangkan sebuah adegan tentara berbaris menuju medan perang dengan diiringi musik Bengawan Solo. Cocok nggak? Berdasarkan hal ini, maka teknik penguasaan kamera dan sense of music perlu dikuasai benar.

Bukan berarti sebuah film indie tidak boleh mengangkat tema-tema besar nan berat semacam film perang ala We Were Soldiers atau A Night at the Museum. Bukan. Di sinilah seninya membuat film indie. Bagaimana menggunakan dana minim yang tersedia sehingga dapat menghasilkan sebuah film bagus semacam A Passion of the Christ. Sekedar informasi, salah satu studio independen terbesar adalah Lucasfilm, yang pernah memproduksi Star Wars.

Kreatifitas dan improvisasi adalah kuncinya. Ingat, film itu adalah kumpulan tipuan yang dikemas sedemikian rupa sehingga para penontonnya tidak sadar telah ditipu habis-habisan. Bahkan justru bahagia. Lihat saja antrian di depan bioskop yang memutar film Harry Potter and the Order of the Phoenix atau Ada Apa Dengan Cinta beberapa waktu yang lalu. Padahal mereka itu ditipu lho… Makanya saya lebih suka menonton film yang sudah dialihkan ke VCD atau DVD (sebenarnya sih, karena harga tiket biskop itu mahal banget… sulit terjangkau anak kos seperti saya ini 😀 )

Menurut saya, seorang pembuat film itu juga harus memiliki kemampuan manajerial. Bukan hanya me-manage uang, namun juga me-manage manusia, para kerabat kerja (istilah kerennya, kru produksi). Menumbuhkan excitement dalam proses produksi, dan menjaga semangat agar tetap tinggi.

Jadi, seperti itu… Saya ndak tahu apakah ini akan banyak membantu. Untuk masalah teknis, di link yang saya sertakan di atas itu 🙄 sudah tersedia banyak. Versi Bahasa Inggris sih… Ndak masalah kan? Sebenarnya saya ingin membuat tulisan yang lebih panjang, namun ada beberapa tugas yang harus dikumpulkan besok padahal baru dikerjakan < 30%. Sambung lain kali saja ya. Ingat… SEMANGAT!!!

Komentar
  1. ehem…
    jangan!jangan sampek minta aku jadi pemeran utama pilem indie-mu ituh…

    kontrakku sudah penuh sampai satu taon kedepan…

    maaf, ya…
    sebenernya…ga enak juga si, nolak tawaran temen…
    tapi ya gimana Lagi…:lol:

  2. Luna moonfang berkata:

    kekuatan dari pilem indie itu ada di cerita … karena namanya juga indie, jadi sinematografi dan screenplay-nya harus disesuaikan dengan buget… 🙂

  3. cakmoki berkata:

    mas, konon pernah ada film parodi yang awalnya bujet ngepres nggak tahunya meledak. Bener gak sih ?

    Masih film parodi, “cerita serdadu berangkat perang” musik latarnya “bengawan solo” … ala amrik tentunya.
    Pada kasus ini perkecualian atau ada pertimbangan lain yang memang dikemas sangat matang?

    btw, mana nih 5 jari karya pilmnya, ditunggu lho?
    *mengharap donlot-an*

  4. itikkecil berkata:

    Kayaknya banyak film indie yang mutunya lebih bagus dari film buat studio besar di hollywood sana……

  5. Nayz berkata:

    Sambung lain kali saja ya. Ingat… SEMANGAT!!!

    Iya,SEMANGAT!!! 😉

  6. suandana berkata:

    # Siwi
    Ooo… Dak mau jadi pemeran utama toh? Yah, kalau gitu jadi figuran saja. Jadi Mbok Penjual Jamu yang mau dicelakai sama rampok… Trus nanti diselamatkan sama pemeran utama cowok, agen rahasia 049 yang datang bersama pemeran utama wanitanya (belum ditentukan…). Gimana? Itung-itung amal lho… :mrgreen:

    # Mbak Luna Lovegood alias Joerig
    Iya Mbak… Begitu. Makanya kalau mau membuat film indie itu biasanya lama di pengembangan naskah (pra-produksi). Beda dengan film buatan studio besar yang justru menekankan pada tahap pasca-produksi (distribusi)… 😀

    # Cak Moki
    Kalau parodi, saya kurang tahu Cak… Mungkin saja ada…

    Serdadu berangkat perang diiringi Bengawan Solo, kalau dalam sebuah film parodi mungkin merupakan sebuah hasil pemikiran yang mendalam… Mungkin lho, Cak…

    btw, mana nih 5 jari karya pilmnya, ditunggu lho?

    Sebenarnya ingin menjawab “silahkan klik di sini”, tapi film-film itu masih belum layak untuk dipublikasikan, Cak. Nanti lah, tunggu saja tanggal mainnya. Maaf ya Cak… 😀

    Mbak itikkecil
    Iya, Mbak… Banyak banget yang bahkan masuk ke box office

  7. suandana berkata:

    # Nayz
    SEMANGAT!!! Dengan penuh semangat berteriak semangat
    *sepertinya ada yang aneh dengan struktur kata di atas ya?*
    😀

  8. annmolly berkata:

    gue terganjal ama pendanaan 😦

  9. suandana berkata:

    # annmolly
    Masalah dana itu memang merepotkan. Berarti masalah kita sama tuh… Ada beberapa ide yang tidak dapat direalisasi karena kurang dana

  10. zulfaisalputera berkata:

    Aku suka baca posting Anda yang satu ini. Aku juga punya niat mau bikin film indie. Pada siswa-siswaku sudah kutebar semangat untuk itu. Mungkin hanya masalah waktu.

    Ok. Selamat berkarya, Mas!

    Ada waktu, kunjungi juga blog aku
    http://zulfaisalputera.wordpress.com

  11. suandana berkata:

    # zulfaisalputera
    Terima kasih, Pak… Wah, guru juga nih… *salaman*

    SEMANGAT!

    *langsung berangkat ke rumahnya Pak Zul*

  12. lamnoerdiansyah berkata:

    klo ngga nonton di boskop sih gak pa2,,tp jgn sampe beli vcd/dvd yang bajakan..kasian tuh karyanya..apalagi film indie jarang ada yang dipublikasikan besar2an..MANA SEMANGAT nyah??

  13. yudha berkata:

    wow..boleh ni artikelnya…lam kenal, aku jg suka dunia film (video)…
    tetep berjuang…dukung director muda indonesia..

    http://otakkoe.blogspot.com

  14. KangRangga berkata:

    Keren bang artikelnya..

  15. alisnaik berkata:

    selamat pagi.

    makasih nih infonya 😉

    saya kesasar sampai sini karena dari google.
    saya sama teman teman mau bikin film indie, tapi belom ada pengalaman.

    terima kasih dan mohon maaf 😮

  16. Jabon berkata:

    pejual kayu jabon mampir nich..

  17. Bro, kalau buat film indie pakai HP, software apa za, yang terbaik, saya bingung cari software, terima kasih.

Tinggalkan Balasan ke zulfaisalputera Batalkan balasan