Archive for the ‘serius’ Category

BagaimanaΒ filosofiΒ Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memilikiΒ kaitan dengan penerapanΒ pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap Triloka yang merupakan bagian dari Filosofi Pendidikan Nasional yang dirumuskan oleh Ki Hajar Dewantara, menunjukkan bagaimana seharusnya seorang guru itu, yaitu Ing Ngarso sung Tulodo, Ing Madyo mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Seorang guru seharusnya dapat menjadi teladan, memberikan contoh dengan berdiri/maju di depan murid-muridnya, agar para murid dapat meniru tingkah laku sang guru. Seorang guru juga harus dapat berpihak pada murid dan dapat membangun semangat, serta memotivasi para murid tersebut agar mereka selalu rindu sekolah karena mereka merasa nyaman dan senang saat belajar di sekolah. Terakhir, seorang guru harus dapat mendorong murid-muridnya agar mereka dapat tumbuh berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam membuat/mengambil sebuah keputusan, apalagi jika dihadapkan pada Dilema Etika dan Bujukan Moral, seorang guru harus dapat menjadi teladan, berpihak pada murid dan selalu mendorong mereka untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sesuai dengan minat dan bakat yang terpendam dalam diri setiap murid.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Prinsip pengambilan keputusan ada 3, yaitu Rule-based Thinking (mengedepankan ketaatan pada peraturan yang berlaku), End-based Thinking (mengutamakan nilai-nilai agama, penghargaan akan hidup dan masa depan), dan Care-based Thinking (memiliki rasa kasih sayang, cinta, toleransi, kesetiaan, dan empati terhadap murid, agar murid dapat lebih terbuka dan tertarik untuk bergabung dengan pembelajaran). Ketiga prinsip itu berkaitan erat dengan Nilai-nilai kebajikan universal yang telah dipelajari di modul sebelumnya.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan β€˜coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil?Β Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?Β Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi β€˜coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan terkait erat dengan kegiatan coaching karena proses pengambilan keputusan ini dapat dilakukan dengan mempraktekkan berbagai teknik coaching untuk menemukan solusi atas permasalahan dilema etika dan bujukan moral yang kita hadapi sebagai seorang pemimpin.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Manusia adalah mahluk yang diciptakan memiliki “rasa”, yang menjadi pembeda antara manusia dengan hewan. Perasaan ini sangat dipengaruhi oleh aspek sosial emosional. Karena itu, setiap pengambilan suatu keputusan pasti akan dipengaruhi oleh kompetensi sosial emosional seseorang. Guru juga demikian. Kompetensi sosial emosionalnya akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dijalani oleh guru. Dilema etika adalah suatu permasalahan yang sangat melibatkan perasaan. Ia muncul karena adanya “kebenaran” yang bertentangan dengan “kebenaran” lainnya yang mengakibatkan munculnya kebimbangan. Karena sumbernya adalah perasaan, sudah pasti kompetensi sosial emosional akan sangat berpengaruh di dalam pemecahan masalah dilema etika.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Moral dan etika adalah bagian dari nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Secara pribadi, seorang manusia juga pasti memiliki nilai-nilai dan norma yang dianutnya, yang tumbuh berdasarkan pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan atau ditanamkan dalam proses pendidikan formal dan nonformal yang dijalaninya. Nilai-nilai pribadi ini bisa saja sama dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat atau berbeda. Namun, sebagaimana yang diajarkan oleh para leluhur kita, dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung, sebaiknya kita menerapkan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Masalah yang terkait dengan moral atau etika muncul ketika ada nilai-nilai yang bertentangan. Masalah moral muncul saat ada pelanggaran terhadap nilai-nilai yang berlaku sementara masalah etika muncul ketika ada 2 nilai yang sama-sama benar dan berlaku di masyarakat namun bertentangan pada suatu kasus. Untuk membahasnya, maka tidak bisa tidak, seorang pendidik harus kembali kepada nilai-nilai yang dianut dan diyakininya secara pribadi.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Dengan mengambil keputusan yang tepat, setelah melalui 9 langkah pengujian, maka keputusan yang diambil akan dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat dan terdampak oleh keputusan itu. Apalagi jika keputusan ini terkait masalah moral, karena sudah jelas terjadi pertentangan benar lawan salah di dalamnya. Semua pihak akan dapat menerima keputusannya dengan tenang dan senang. Namun pada masalah etika, keputusan yang diambil haruslah yang benar-benar dapat diterima oleh semua pihak karena yang terjadi adalah pertentangan benar lawan benar di dalam kasus ini. Apabila keputusan yang diambil dapat diterima oleh semua pihak, maka semua akan merasa senang, ikhlas, dan aman serta nyaman.

ApakahΒ tantangan-tantanganΒ di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya denganΒ perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Pada prinsipnya, apapun keputusan yang diambil dalam memecahkan masalah dilema etika adalah benar adanya. Namun, karena perbedaan prinsip dan paradigma yang dianut dalam pengambilan keputusan, maka terjadilah pertentangan benar lawan benar yang terkadang membuat kedua belah pihak sama-sama merasa sulit untuk menerima keputusan yang diambil. Dalam pengalaman saya, hal ini lah yang menjadi tantangan dalam mengambil keputusan terhadap kasus dilema etika yang pernah saya hadapi. Kedua belah pihak sama-sama bersikukuh bahwa dirinyalah yang benar, dengan argumen dan dasar yang sama-sama kuat. Karena itu, keputusan yang diambil haruslah yang benar-benar dapat diterima oleh kedua belah pihak. Apabila keputusan yang diambil memenangkan argumen salah satu pihak, maka penyampaian keputusan harus dibuat sedemikian rupa agar tidak ada yang merasa menang atau kalah.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kitaΒ memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Setiap keputusan yang kita (sebagai seorang pendidik) ambil, memiliki satu hal yang mendasar dan harus selalu diingat, yaitu keputusan itu haruslah berpihak pada murid. Dengan tujuan untuk menumbuhkembangkan murid-murid itu sesuai dengan kodrat alam dan zaman, sehingga mereka dapat menjadi pribadi-pribadi yang merdeka, yang selamat raganya dan bahagia jiwanya. Untuk itu, setiap keputusan yang kita ambil haruslah dapat menjadi pembelajaran bagi para murid. Untuk mengembangkan potensi mereka (yang berbeda-beda), maka kita dapat melakukan differensiasi dalam proses, konten atau produk yang dihasilkan dalam pembelajaran.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Setiap keputusan yang diambil oleh seorang guru akan berdampak langsung terhadap murid-muridnya. Murid-murid itu juga akan melihat proses pengambilan keputusan yang dijalani oleh guru mereka dan kemudian mereka akan meniru pada saat mereka menghadapi permasalahan yang sama. Sebagai contoh, di sekolah saya ada perbedaan nilai-nilai yang dianut oleh siswa pada 2 kompetensi keahlian yang berbeda, padahal mereka serumpun. Di kompetensi keahlian TKJ, siswanya memiliki kompetensi yang baik namun attitude mereka masih kurang, karena guru-gurunya fokus pada pengembangan skill mereka. Sementara di kompetensi keahlian MM, murid-muridnya memiliki skill yang baik dan attitude yang baik juga (sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat) karena guru-guru mereka tidak hanya fokus pada pengembangan skill namun juga terhadap pengembangan attitude para murid.

Apakah kesimpulan akhirΒ  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul 3.1 ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya adalah bahwa proses pengambilan keputusan yang dijalankan seorang guru berdasarkan kepada 4 paradigma 3 prinsip dan 9 langkah pengujian, dimana proses ini sangat terkait erat dengan berbagai materi yang telah dipelajari pada modul sebelumnya. Prinsip dan paradigma berpikir seorang guru pastilah dipengaruhi oleh Filosofi Pendidikan yang dirumuskan oleh Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai dan peran serta visi guru penggerak yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, budaya positif yang berlaku di lingkungan tempat sang guru berada, dan kompetensi sosial emosional yang dimilikinya. Proses coaching dan pembelajaran berdiferensiasi akan menjadi dasar pada saat seorang guru melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Jadi, pada dasarnya, setiap modul dalam Pendidikan Guru Penggerak ini akan mempengaruhi proses belajar modul berikutnya dan sangat terkait erat satu sama lain.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Dilema Etika dan Bujukan Moral adalah masalah yang timbul karena adanya pertentangan antara nilai-nilai yang dianut di masyarakat dengan nilai-nilai yang diyakini secara pribadi. Disebut dilema etika saat terjadi pertentangan antara 2 nilai yang sama-sama benar, dan disebut bujukan moral pada saat terjadi pertentangan antara nilai yang benar melawan nilai yang menyalahi peraturan. Penerapan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan adalah proses yang harus dilakukan seorang pemimpin dalam membuat sebuah keputusan agar keputusan yang diambil benar-benar berpihak pada murid, dan dapat dipertanggungjawabkan serta diterima dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat.

Hal yang di luar dugaan saya adalah bahwa kita harus menjalankan semua proses itu (4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah) dalam membuat sebuah keputusan. Pada awalnya, saya mengira bahwa saya hanya perlu melakukan salah satunya, untuk membuat sebuah keputusan. Namun ternyata, saya harus melakukan semuanya.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah mengambil keputusan dalam situasi moral dilema, hanya saja pada waktu itu saya tidak mengetahui tentang 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan. Keputusan yang saya ambil pada waktu itu didasarkan pada nilai-nilai yang saya yakini secara pribadi dan logika saja.

Bagaimana dampak mempelajari konsepΒ  ini buat Anda, perubahanΒ  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah mempelajari konsep pengambilan keputusan ini, dalam melakukan pengambilan keputusan saya akan menjalankan semua tahapan untuk meminimalisir resiko/dampak negatif dari keputusan yang saya ambil. Dan, keputusan yang saya ambil akan selalu berpihak pada murid dengan berpegang teguh pada nilai-nilai kebajikan yang berlaku secara universal.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai seorang individu, saya harus menguasai proses pengambilan keputusan yang baik agar dapat berinteraksi dan berpartisipasi dengan baik sebagai bagian dari kelompok masyarakat, dan sebagai seorang pemimpin saya perlu mempelajari modul ini agar dapat melakukan pengambilan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterima oleh semua golongan yang saya pimpin.

Coaching untuk Supervisi Akademik adalah materi yang disampaikan di Modul 2.3 Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5 yang sedang saya jalani. Dan, jujur saja, ini adalah pertama kalinya saya mengenal/ bersinggungan dengan materi coaching. Apalagi coaching yang digunakan dalam proses Supervisi Akademik.

Program Pendidikan Guru Penggerak tidak hanya menyiapkan para pemimpin pembelajaran, namun juga menyiapkan para Calon Guru Penggerak sebagai seorang kepala sekolah. Dan, salah satu tugas kepala sekolah adalah melakukan supervisi akademik terhadap para guru yang ada di sekolah yang dipimpinnya. Supervisi akademik dilakukan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid, dimana pembelajaran harus diselenggarakan dalam suasana belajar yang

  • interaktif;
  • inspiratif;
  • menyenangkan;
  • menantang;
  • memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif; dan
  • memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik.

Selain bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid, supervisi akademik juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah sebagaimana tertuang dalam standar tenaga kependidikan. Kriteria minimal kompetensi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Rangkaian supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri guru di sekolahnya.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, kepala sekolah seperti apakah yang dapat mendorong kita sebagai warga sekolah untuk selalu mengembangkan kompetensi diri dan senantiasa memilikiΒ growth mindset, serta keberpihakan pada murid? Jawabannya adalah pemimpin sekolah yang dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.

Dalam hal ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan. Pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan mutlak diperlukan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah. Salah satu pendekatan yang memberdayakan adalahΒ coachingΒ sebagaimana Whitmore (2003) ungkapkan bahwaΒ coachingΒ adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya.Β Sejalan dengan hal ini, dengan adanya program Pendidikan Guru Penggerak ini, kita diharapkan menjadi supervisor atau kepala sekolah yang memiliki paradigma berpikir dan keterampilanΒ coachingΒ dalam rangka pengembangan diri dan rekan sejawat.

CoachingΒ didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimanaΒ coachΒ memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dariΒ coachee.

(Grant, 1999)

CoachingΒ sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya.Β CoachingΒ lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya.

Whitmore (2003)

…bentuk kemitraan bersama klienΒ (coachee)Β untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.

International Coach Federation (ICF)

Sebenarnya ada banyak metode pengembangan diri yang lain, yang bisa dipraktekkan di sekolah. Yaitu, mentoring, konseling, fasilitasi dan training. Namun, agar pembahasan tidak melebar ke mana-mana, kita akan fokus pada coaching.

Coaching, dari segi istilah menunjukkan bahwa metode ini berasal dari luar. Kenapa kita harus memakainya? Apakah metode yang diajarkan Ki Hajar Dewantara tidak sebagus metode coaching? Jangan lupa bahwa Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu β€˜menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Definisi coaching adalah menuntun. Jadi, hal ini sejalan dengan pemikiran Filosofis Pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara. Bahkan, coaching mengedepankan komunikasi yang penuh kasih dan persaudaraan, persis dengan prinsip Ki Hajar Dewantara.

Paradigma berpikir dalam proses coaching ada 4, yaitu :

  • fokus pada coachee
  • bersikap terbuka dan rasa ingin tahu
  • memiliki kesadaran diri yang kuat
  • mampu melihat peluang baru dan masa depan

Prinsip Coaching ada 3, yaitu :

  • kemitraan
  • proses kreatif
  • memaksimalkan potensi

Kompetensi inti coaching ada 3, yaitu :

  • kehadiran penuh/presence
  • mendengarkan dengan aktif (mendengar dengan Rasa)
  • mengajukan pertanyaan berbobot

Salah satu cara untuk melatih presence adalah dengan melakukan kegiatan STOP dan Mindfulness yang telah dipelajari pada Modul 2.2-Pembelajaran Sosial Emosional. Demikian juga dengan kompetensi lainnya, mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot. Semua itu dapat dilatih dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang telah dibahas di Modul sebelumnya, salah satunya adalah Modul 2.1-Pembelajaran Berdiferensiasi dimana coach/guru mengajukan berbagai pertanyaan dan instruksi kepada murid-muridnya dalam kelompok-kelompok kecil.

RASA merupakan akronim dari ReceiveAppreciate, Summarize, dan Ask yang akan dijelaskan sebagai berikut:

R (Receive/Terima), yang berarti menerima/mendengarkan semua informasi yang disampaikanΒ coachee.Β Β Perhatikan kata kunci yang diucapkan.

A (Appreciate/Apresiasi), yaitu memberikan apresiasi dengan merespon atau memberikan tanda bahwa kita mendengarkan coachee.  Respon yang diberikan bisa dengan anggukan, dengan kontak mata atau melontarkan β€œoh…” β€œya…”.  Bentuk apresiasi akan muncul saat kita memberikan perhatian dan hadir sepenuhnya pada coachee tidak terganggu dengan situasi lain atau sibuk mencatat.

S (Summarize/Merangkum), saat coachee selesai bercerita rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama.  Perhatikan dan gunakan kata kunci yang diucapkan coachee.  Saat merangkum bisa gunakan potongan-potongan informasi yang telah didapatkan dari percakapan sebelumnya.  Minta coachee untuk konfirmasi apakah rangkuman sudah sesuai

A (Ask/Tanya).Β  Sama dengan apa yang sudah disampaikan sebelumnya terkait kiat mengajukan pertanyaan berbobot berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengajukan pertanyaan:

  1. ajukan pertanyaan berdasarkan apa yang didengar dan hasil merangkum (summarizing)
  2. ajukan pertanyaan yang membuat pemahaman coachee lebih dalam tentang situasinya
  3. pertanyaan harus merupakan hasil mendengarkan yang mengandung penggalian atas kata kunci atau emosi yang sudah dikonfirmasi
  4. dalam format pertanyaan terbuka: menggunakan apa, bagaimana, seberapa, kapan, siapa atau di mana
  5. HindariΒ menggunakan pertanyaan tertutup: β€œmengapa” atau β€œapakah” atau β€œsudahkah”

Alur percakapanΒ coachingΒ TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang membuat kita memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilanΒ coachingΒ untuk memfasilitasi rekan sejawat agar dapat belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan-keputusan bijaksana secara mandiri.Β Β  Hal ini penting mengingat tujuanΒ coachingΒ yaitu untuk pengembangan diri dan membangun kemandirian. Melalui alur percakapanΒ coachingΒ TIRTA, kita diharapkan dapat melakukan pendampingan baik kepada rekan sejawat

Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya.

Dengan menggunakan tahapan TIRTA ini, diharapkan para coach memiliki acuan/garis besar yang dapat dijadikan pegangan dalam melakukan coaching. Pun jika digunakan terhadap sesama rekan guru pada saat melakukan supervisi akademik.

Demikian tulisan tentang coaching ini. Terima kasih atas perhatiannya. Materi saya ambil dari LMS Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5 Modul 2.3 – Coaching untuk Supervisi Akademik.

Memahami dan menerapkan sesuatu yang baik adalah sesuatu yang sangat baik dan penting untuk dilakukan oleh seorang Guru. Seorang Guru Penggerak, diharapkan untuk dapat berbuat lebih dari itu, dengan menularkan/mengimbaskan/mendiseminasikan pemahaman akan berbagai konsep/ide/filosofi tentang pendidikan yang dikuasainya. Karena itu, salah satu penugasan yang harus dijalani oleh seorang Guru Penggerak di Modul 1.4 ini adalah harus mengimbaskan pemahamannya tentang berbagai budaya positif yang dapat diterapkan di sekolah.

Proses berbagi yang saya lakukan

Untuk memenuhi tugas tersebut, saya kemudian mengajak adik saya, yang sama-sama bertugas di SMK Negeri 1 Panji Situbondo (saya mengajar produktif broadcast dan perfilman, adik saya itu mengajar olah raga), untuk melakukan pengimbasan berbarengan. Jadi, nanti kami menjelaskannya bergantian. Kolaborasi, istilah kerennya.

Untuk konsep acara, karena kebetulan kami sama-sama tidak terlalu suka dengan acara yang formal banget, akhirnya kami merancang acara pengimbasan dalam bentuk ngobrol santai, lesehan di lab, dan dilaksanakan sore hari, selepas jam sekolah berakhir. Tidak lama, sekitar 1 jam saja. Ditemani snack dan minuman (alhamdulillah, teman-teman pada milih air putih :mrgreen: ).

Acara diawali dengan penjelasan dulu… kemudian dilanjutkan dengan nonton bareng simulasi restitusi terhadap 2 kasus berbeda. Oh ya, kami memilih fokus pada penjelasan tentang restitusi, karena berdasarkan ilmu yang kami peroleh dalam Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5 yang kami ikuti, restitusi adalah respon terbaik yang dapat dilakukan oleh seorang guru saat menghadapi siswa yang melakukan kesalahan. Dan, saat ini marak sekali kasus dimana guru lepas kontrol saat menangani kesalahan siswa, sehingga akhirnya juga ikut melakukan kesalahan dengan memberikan hukuman yang berlebihan.

Respon dari teman-teman yang mengikuti diskusi santai sore itu beragam. Ada yang optimis, dan ada yang pesimis dengan restitusi. Terlihat dari berbagai pertanyaan yang dilontarkan. Memang, ada kecenderungan bahwa banyak guru merasa bahwa Hukuman adalah respon guru yang paling cepat memberikan hasil dalam memperbaiki perilaku siswa. Yah, semua memang butuh proses. Tidak mungkin hanya dengan 1 kali diskusi seperti yang kami lakukan dan semua akan langsung berubah. Karena itu, saya dan adik saya berencana untuk melanjutkan program kami untuk dijadikan agenda rutin mingguan/bulanan. Semoga dengan pelaksanaan yang rutin, kami dapat mengimbaskan ilmu yang kami peroleh dari Pendidikan Guru Penggerak dan teman-teman yang awalnya pesimis nantinya berubah menjadi optimis. Aamiin. Semangat!!

Suki dakara, dinyanyikan oleh Yuika, premiered on Jun 27, 2021

Kakkoiikara sukina n janai.                                       Aku menyukaimu bukan karena kau keren
Sukidakara kakkoii ndayo. Kau keren karena aku menyukaimu
Dare ka ni baka ni sarete mo nantomo nai Tidak masalah jika orang lain mengejekmu
Datte watashi no "hiiroo". Bagaimanapun, kau adalah "pahlawan" ku
Itsumo "nemui" tte iu kuse ni, Seperti ketika kau mengatakan "ngantuk"
Jugyou wa okiteiruto koto ka. Namun, kau selalu terjaga dalam kelas
Minna no mae de wa kuurunanoni, Kau bertingkah keren di depan orang lain
Inu no mae de wa na to koto ka. Tapi, malu-malu di depan seekor anjing
Aa, hontouni aishite yamanai anata no koto. Ah, aku benar-benar mencintaimu
Watashi dake no "Hiiroo" ni natteyo. Tolong, jadilah "pahlawan" hanya untukku
LINE datte shiteitaishi,                                                Aku ingin mengirim pesan di LINE,
Issho ni kaet tari shitaiyo. Aku ingin berjalan pulang bersama
Houkago bukatsu ni iku anata ni Saat kau pergi ke klub sepulang sekolah
"Matane" tte hitorigoto. "Sampai jumpa," kataku pada diriku sendiri
Yasumi no hi datte aitaishi, Aku ingin melihatmu di akhir pekan
Neochi denwa mo shitemitaikedo, Dan tertidur di saat menelponmu
Sonna yuuki wa chittomo nakute, Tapi, aku tidak punya keberanian,
Akirerunaa. aku sangat membenci ini
Furimuite hoshikute,                                                   Aku ingin kau berbalik dan melihatku,
Ishiki shite hoshikute, Aku ingin kamu memikirkanku,
Kousui o tsukete Ketika memakai parfum,
Futouri de musete. Dan tersedak aromanya
Anata ga hoshikute, Aku sangat menginginkanmu,
Anata no mono ni naritakute, Aku ingin menjadi milikmu,
"Ashita koso wa" tte "Besok adalah waktunya"
Beddo no ue de shimyureeshon Dalam anganku di tempat tidurku
Anata o kangaenagara Sambil memikirkanmu
Mata ashita. Sampai jumpa besok.
Kawaiikara sukina n janai.                                          Aku menyukaimu bukan karena kau imut
Sukidakara kawaii ndayo. Kamu imut karena aku menyukaimu
Dare ka ni baka ni sarete mo nantomo nai Tidak masalah jika orang lain mengejekmu
Datte boku no "hiroin". Bagaimanapun, kau adalah "pahlawan" ku
"Kyou koso okiru!" tte iu kuse ni, Seperti ketika kau bilang akan terjaga hari ini
Kekkyoku jugyou de neruto koto ka. Namun, kau langsung tertidur di kelas
Minna no mae de wa o ten bananoni, Bagaimana kau begitu tomboi di depan semua orang
Angai namida moroito koto ka. Namun, ternyata sangat mudah untuk menangis
Aa, hontouni aishite yamanai kimi no koto. Ah, kaulah yang sangat kucintai
Boku dake no "hiroin" ni naranai kana Akankah kau menjadi "pahlawan wanita" ku?
Benkyou toka oshieteagetaishi, Aku ingin belajar bersamamu,
Issho ni eiga toka kan ni ikitaiyo. Aku ingin pergi menonton film bersama,
Houkago tomodachi to warau kimi ni Ketika kau bersama teman-teman sepulang sekolah
"Bai bai" tte hitorigoto. Aku berkata, "bye bye" pada diriku sendiri
Kimi no sutourii ni noritaishi, Aku ingin ada di story-mu,
"Ore no kanojo" jiman mo shitemitaikedo, Aku ingin mengatakan, "Dia pacarku"
Kokuhaku nanka deki sou ni nakute, Tapi, aku tidak berpikir bisa melakukannya
Akirerunaa. Aku sangat membenci ini
Furimuite hoshikute,                                                   Aku ingin kau berbalik dan melihatku,
Ishiki shite hoshikute, Aku ingin kau memikirkanku,
Wakkusu o tsukete Aku menaruh lilin di rambutku,
Betobeto ni nacchatte. membuat semua terasa lengket
Kimi ga hoshikute, Aku sangat menginginkanmu
Kimi no mono ni naritakute, Dan aku ingin menjadi milikmu
"Ashita koso wa" tte "Besok adalah waktunya"
Futon no naka de shimyureeshon Dalam anganku di tempat tidurku
Kimi o kangaenagara Sambil memikirkanmu
Mata ashita. Sampai jumpa besok.
Anata ni anata no soudan o shita nda.                      Aku meminta saran darimu, bagaimana mencintaimu
Kimi ga otoko no soudan o shitekita nda. Kau meminta saran dariku, tentang seorang pria lain
"Yametoke" nante iwanaideyo. Jangan suruh aku menyerah
Ta no otoko ni nante ikunayo. Jangan pergi dengan pria lain
Zutto zutto miteiteyo. Kumohon, selalu perhatikan diriku
Furimuite hoshikute,                                                Aku ingin kamu berbalik dan melihatku
Ishiki shite hoshikute, Aku ingin kamu memikirkanku
Zutto tonari ni itekuremasen ka. Maukah kau di sampingku selamanya?
Anata ga sukinano. Aku sangat mencintaimu
Kun o ai oshiku omōyo. Aku benar-benar menyukaimu
"Ashita koso wa" tte "Besok adalah waktunya"
Kyou mo shimyureeshon Hari ini aku pun berangan-angan
Kimi to no koi wa Cintaku padamu,
Amai musuku no kaori ga shita nda. Aromanya seperti musk yang manis

Saya sedang kesengsem, suka sama lagu ini. Alasannya? Apakah kita butuh alasan untuk mencintai seseorang menyukai sesuatu? πŸ˜€

Tapi kalau dipaksa harus mengutarakan satu alasan.. Maka saya akan mengatakan; “karena lagu ini mengingatkan saya akan kisah Bumi dan Langit” πŸ˜›

Bagaimana? Sudah cukup kuat kan, alasannya… πŸ™‚

Kalau saja, lagu ini diciptakan 23 tahun lebih awal, mungkin lagu ini akan menjadi Lagu Kebangsaan kami.. bahkan nyanyinya duet pasti.. πŸ˜†

Tapi, yah, tidak boleh berandai-andai… Mari kita jalani saja hidup ini… Sambil berdo’a pada ilahi… Agar mendapatkan yang terbaik di akhir nanti… agar tidak merugi…

Untuk lagu ini, ya, cukup untuk dinikmati di saat hari dan hati sedang sepi… senyum-senyum mengenang memori… sambil minum kopi… πŸ˜†

Pagi ini, saya melihat postingan ini di IG. Dan, ya, kalau melihat anak-anak saya di kompetensi keahlian tempat saya mengajar, saya merasa kalau persentasenya agak kurang cocok. Saya tidak tahu, survey pada gambar di atas itu diisi oleh responden dari golongan usia berapa dan status sosialnya bagaimana serta bagaimana kondisi keluarga mereka saat itu. Untuk di kompetensi keahlian Multimedia Broadcast SMKN 1 Panji, jumlah siswa yang terlihat kesepian itu tidak lebih dari 5 per kelas (ada 3 kelas di KomLi MMBs). Setiap kelas, isinya ada 35 siswa. Jadi, jumlah siswa yang kesepian sekitar 14,3 persen dari total populasi di KomLi MMBs.

Akan tetapi, yang perlu diperhatikan di sini adalah… Setiap periode pengamatan (disampaikan di rapat tingkat jurusan), orang nya selalu berubah-ubah… Tidak ada yang selalu terlihat kesepian sepanjang waktu. Alasan kesepian itu juga berbeda-beda. Ada yang baru putus sehingga akhirnya menarik diri dari pergaulan, ada yang karena orang tuanya sakit sehingga akhirnya dia tidak banyak berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya…

Ada juga yang sengaja menarik diri dari pergaulan sosial untuk menjalani ‘laku‘ sebagai bagian dari prosesnya ‘ngelmu‘.. merenungkan hidup yang sudah dijalani selama ini, menata diri, sebagai persiapan untuk menjalani hari-hari menuju masa depan yang belum pasti… Tapi yang begini ini, jarang banget. Saya baru menemukan 2 kasus di KomLi MMBs. Sejak saya pertama kali menjadi guru, 16 tahun yang lalu.

Apapun alasannya… ada yang menarik loh… Ternyata yang terlihat kesepian dan sengaja menarik diri dari pergaulan itu, melakukannya saat mereka ada masalah. Berarti benar juga ya, pendapat yang menyatakan bahwa “Solitude is the place of purification” (Martin Buber). Kesendirian itu adalah untuk pemurnian diri. Makanya, para pendekar jaman dahulu (teman-temannya Wiro Sableng) sering melakukan tapa brata untuk menguasai aji pamungkas mereka. Makanya, saya kok kurang sreg dengan survey di awal tulisan ini. Kalau benar 98 persen orang Indonesia itu kesepian… Maka negara kita adalah superpower yang memiliki 266.784.784 orang pendekar yang menguasai aji pamungkas sekelas ‘Pukulan Sinar Matahari’ (asumsi jumlah penduduk Indonesia adalah 272.229.372 jiwa (Adminduk-Juni 2021).

Oke.. Kesepian tidak sama dengan kesendirian.. Yang satu, itu urusan roso, sementara yang satu lagi adalah keadaan fisik yang terputus hubungan dengan orang lain. Apalagi, dengan perkembangan media sosial yang begitu pesat seperti sekarang, saya rasa kita akan jarang sekali mengalami yang namanya sendiri. Dan, juga jarang sekali mengalami yang namanya sepi.

…..

NB: ini membahas apa, sih? πŸ˜€

Saat menghadapi masalah, banyak orang akan fokus pada penyebab dari masalah tersebut. Setelah penyebabnya ketahuan jelas, maka solusi untuk masalah tersebut akan dapat dirumuskan dengan mudah. Cara ini tidak salah. Tergantung pada timing dan jenis masalah yang harus dipecahkan. Kalau misalnya saya diberi tugas untuk mengatasi keuangan sekolah yang seret dalam waktu 1 tahun, mungkin saya akan menggunakan cara ini. Fokus dulu pada penyebab fundamental dari masalah itu. Kenapa kok keuangan sekolah seret? Sumber keuangan sekolah itu apa saja? Apa saja pos pengeluaran sekolah? Kok bisa njomplang antara pemasukan dan pengeluaran? Apakah ada kebocoran? Bocornya karena sistem, ataukah karena kesalahan personil (baik disengaja maupun tidak)?

Setelah ketahuan, mulai bisa dicari solusi yang tepat untuk permasalahan tersebut.

  1. Sumber keuangan sekolah hanya 1, sementara pos pengeluaran sangat besar… Solusi; sekolah dijadikan BLUD (badan layanan usaha daerah), buat usaha (bisa produksi, bisa jasa).
  2. Pos pengeluaran sekolah ada banyak dan semuanya penting (bahkan wajib)… Solusi; terapkan skala prioritas, yang benar-benar penting dilanjutkan, sementara yang kurang atau bahkan benar-benar tidak penting di-stop atau pending.
  3. Pemasukan dan pengeluaran njomplang… Solusi; audit keuangan. Tidak harus memanfaatkan jasa auditor keuangan yang benar-benar profesional dengan biaya yang profesional. Bisa saja MoU dengan SMK yang punya program keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga. Mereka sudah bisa, kok. Kan, belajarnya memang itu.
  4. Ada kebocoran keuangan. Setiap bulan, jumlah uang di pembukuan dan jumlah uang sebenarnya tidak cocok… Solusi; lakukan investigasi dan pengawasan melekat. Pasang cctv, siapa tahu ada yang melakukan pencurian tanpa diketahui oleh siapapun.
  5. Bocornya karena sistem. Misal, ada pos HR untuk membayar pegawai di luar ketentuan Peraturan Pemerintah… Solusi; perbaikan sistem. Tidak bisa tidak dilakukan. Usahakan agar sistem yang diterapkan tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah yang berlaku. Jika ada perubahan peraturan, sistem juga harus berubah sesuai dengan peraturan.
  6. Bocornya karena personil. Korupsi… Solusi; lakukan pergeseran atau penggantian personil. The right man at the right place harus selalu diingat dan diterapkan.

Beberapa contoh di atas adalah solusi standar yang biasa diterapkan dalam skala tertentu dalam berbagai perusahaan/organisasi yang ada di dunia ini. Jadi, kalau Anda merasa cuma gini aja belum tahu! mohon saya dimaafkan. Saya tapi kok yakin, yang cuma gini aja belum tahu itu lebih banyak daripada yang sudah tahu. Tulisannya dipotong sini dulu ya.. lanjut part 2 besok atau kapan-kapan dah.

SEMANGAT!!!

Minggu kemarin, saya mendapat tugas untuk mendampingi Ibu Kepala Sekolah SMKN 1 Panji dalam sebuah Road Trip. Dikatakan road trip, ya, karena dari hari Rabu dini hari sampai Sabtu pagi hari kami (Kepala Sekolah, saya, Bu Riya, dan Pak Kus) menghabiskan waktu kami di atas jalan, dari satu lokasi acara ke lokasi acara lain.

  1. Acara pertama adalah menghadiri acara Jatim Cerdas – Bhakti Srikandi Vokasi Jawa Timur Tahun 2021 di SMKN 1 Probolinggo. Isinya adalah pengenalan 8 kepala sekolah perempuan yang berhasil membawa sekolah yang dipimpinnya menjadi SMK PK (Pusat Keunggulan). Acara berlangsung meriah dan dihadiri oleh Kabid SMA dan Kabid SMK Dinas Pendidikan Propinsi. Sekitar jam 2 kami baru dapat berangkat ke tujuan berikutnya.
  2. Menyerahkan dokumen KTSP ke Kantor Dinas Pendidikan Jawa Timur di Genteng Kali, Surabaya.
  3. Istirahat sebentar karena harus nge-ban. Kena paku. Alhamdulillah tidak perlu ganti ban serep.
  4. Berangkat menuju Jogja, jam 4 masuk tol. Jam 10-an sudah masuk hotel di Jogja. Kami menginap di Edhotel Kenari, SMKN 6 Yogyakarta. Bersih dan nyaman. Buktinya, saya langsung ilang begitu menyentuh bantal πŸ˜€ .
  5. Pagi, belum sarapan, kami sudah check out dan menuju SMKN 1 Yogyakarta. Poto-poto, tanya-tanya, dan menjawab pertanyaan yang diajukan.
  6. Jam 10 cus ke Kampung Wisata Flory di Sleman. Poto-poto lagi, tanya-tanya lagi, dan menjawab pertanyaan lagi. Sekalian makan siang di situ.
  7. Jam 15-an, kami sampai di tujuan berikutnya. Hotel Alana di Palagan, Yogya. Ada janji untuk podcast bersama founder GSM, Pak Muhammad Nur Rizal. Ibu Kepala Sekolah yang podcast bersama Pak Rizal.. Kalau saya dan Bu Riya melihat-lihat acara workshop Peningkatan Ekosistem Pendidikan di SMK PK melalui GSM batch 1 yang diikuti oleh Kepala Sekolah SMK PK se-Indonesia. Ketemu teman di situ, jadinya ya poto-poto, tanya-tanya, dan menjawab pertanyaan sambil ngopi.
  8. Jam 20-an, setelah makan malam, bertolak ke Temanggung. Sampai di hotel, sudah jam 21.30. Niat hati, mau mengerjakan beberapa tugas. Bahkan sudah menyalakan laptop. Apa daya, saat tersadar jam sudah menunjukkan 02.30 dini hari πŸ˜€ .
  9. Jam 7 pagi, sudah check out (sarapan dulu) dan menuju lokasi acara berikutnya di SMKN 1 Temanggung. Ibu Kepala Sekolah didaulat untuk menjadi pembicara/pemateri? pada acara Workshop Peningkatan Ekosistem Pendidikan bagi Guru dan Tenaga Kependidikan di SMKN 1 Temanggung. Sampai sore, jam 16.30-an. Waktu makan siang, berkenalan dengan teman dari salah satu murid (alumni). Mereka pernah ikut program ke Korea, katanya.
  10. Selesai acara, balik ke Jogja karena harus mengantar salah satu pendamping balik ke Hotel Alana. Tidak mampir, langsung cus balik ke Situbondo. Waktu menunjukkan pukul 20-an
  11. Jam 05.30-an pagi saya turun di depan gerbang Rumah Barat.

Capek, iya.. Senang? iya juga.. Dapat ilmu baru, kenalan baru, dan pengalaman baru… Terutama tentang Gerakan Sekolah Menyenangkan. Loh, kok bisa? Ya, karena semua kegiatan itu (kecuali yang di Surabaya), punya kaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan Gerakan Sekolah Menyenangkan. Pak Elyas, Kepala Sekolah SMKN 1 Yogyakarta adalah seorang aktivis GSM, demikian pula dengan Mbak Nuri dan Mas Wi (pengelola Kampung Wisata Flory). Saya jadi bertanya-tanya tentang GSM ini. Apa sih, GSM? Kenapa perlu ada GSM?

Oke.. jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu, bisa didapatkan dengan mudah di internet. Cukup bertanya pada Mbah Google, maka akan muncul sekian halaman yang memuat info tentang GSM. Tapi bukan itu yang saya maksud. Yang membuat saya terkesan, para aktivis GSM yang kami temui itu berulang-ulang menekankan pentingnya prinsip “Memanusiakan manusia… bahwa siswa itu adalah juga manusia, yang punya roso sendiri… demikian pula seorang guru, yang juga hanyalah seorang manusia”

Karena itu, tidak seharusnya lah Guru sok merasa hebat dan menjadi satu-satunya sumber ilmu bagi anak-anak muridnya. Dan tidak seharusnya lah setiap anak murid harus mengalami proses belajar yang sama. Prinsip kedua yang membuat saya jadi tertarik itu adalah; “Tidak ada siswa yang tidak suka belajar… Adanya, siswa tidak suka caranya belajar”

That’s all.. lumayan, mulai panjang nulisnya πŸ˜›

Tetap SEMANGAT, guys!!!

initiating …

attempting to restart …

Bismillahirrahmanirrohiim …

Hiatus dari 2017 ke 2021 itu adalah waktu yang tidak sebentar. Buktinya di foto itu.. Anak saya sudah 3 πŸ˜€ (tapi saya tidak akan menunjukkan yang mana πŸ˜› ). Mereka berfoto bersama sepupu-sepupunya. Keponakan juga sudah 3.

Tidak terasa juga, sudah 16 tahun saya bekerja sebagai seorang guru. Sudah banyak alumni yang tersebar di mana-mana. Ada yang punya perusahaan sendiri dengan pemasukan jauuuuh lebih banyak daripada gaji gurunya… Ada yang jadi Youtuber dengan pemasukan yang juga jauuuh lebih banyak daripada gaji gurunya… Ada yang bekerja di luar negeri, mencoba memenuhi challenge yang dulu pernah saya lontarkan pada mereka (murid itu harus lebih baik dari gurunya, jadi kalau gurunya pernah ke 5 negara, muridnya ya harus lebih dari itu). Dan, ada juga yang bekerja serabutan dengan penghasilan yang tidak jauh berbeda atau bahkan jauuh lebih sedikit daripada gaji gurunya.

Saya mendapat challenge dari rekan-rekan guru. Satu hari harus ada satu tulisan. Tema bebas (Alhamdulillah.. karena saya kurang ahli kalau disuruh menulis dengan tema yang serius πŸ˜€ ). Durasi, sementara 1 tahun katanya. Nah, daripada membuat blog dari awal lagi, saya pakai yang ini saja lah.. Di-restart kembali. Mohon doanya semoga saya sukses menjalani tantangan ini. m/(_ _)\m

SEMANGAT!!!

nb: kira-kira, dari sekian banyak teman blog, berapa orang yang masih aktif ya?

Fotografi, bagi saya, sangat terkait erat dengan yang namanya kenangan. Sebuah foto yang bagus itu, bagi saya lagi, adalah foto yang menunjukkan sebuah kenangan yang sangat berharga bagi orang-orang yang ada di dalam foto itu. Karena alasan ini, mungkin, maka saya lebih suka foto-foto yang ada orangnya, yang diambil secara candid. Walaupun hal ini (candid) agak sulit dilakukan dan agak ribet terkait release nantinya.. Tapi, yah, saya kan jarang jualan foto yang seperti itu ^_^

Pendapat pribadi ini, mungkin, karena sebenarnya saya ingin balas dendam πŸ˜€ . Waktu kecil, sampai saya SMA, keluarga saya tidak punya kamera sendiri karena benda itu termasuk kebutuhan tersier bagi kami. Akibatnya, sedikit sekali foto-foto dari masa kecil saya… sedikit sekali ada foto yang memuat gambar orang-orang yang sering saya rindukan saat ini…

Makanya, saya dapat memaklumi anak-anak saya di sekolah yang sering wefie satu geng/satu kelas di waktu pelajaran. Mereka ingin menyimpan sebanyak-banyaknya kenangan… karena kenangan adalah salah satu harta yang paling berharga…

Sebanyak-banyaknya, mungkin, karena mereka merasa bahwa foto yang dihasilkan masih kurang keren. Jadilah mereka bereksperimen sebisanya. Jepret berkali-kali sampai dapat satu foto yang bagus, lalu buang yang jelek dan simpan yang bagus itu. Toh, fotonya berbentuk file digital. Tidak ada uang yang terbuang untuk mencetak. Tidak seperti jaman dulu, jaman saya harus menyisihkan uang jajan sebulan untuk mencetak 1 rol film isi 36 πŸ™‚

Balik flashback lagi..

Jaman itu, karena biaya foto mahal, maka keluarga kami jaraaaaang banget foto-foto. Makanya foto orang-orang yang sering saya rindukan itu jadi sangat sedikit.. dan dari yang sangat sedikit itu, kok gambarnya ya… -_-

watashi...

Si Temon

Jadi.. ya… tetap semangat berkarya.. buatlah kenangan sebanyak-banyaknya… dan hargailah kenangan itu… πŸ™‚

Perubahan…

Posted: 14 Januari 2017 in renungan, serius

suatu malam saat pemadaman listrik

Di kampung saya… setiap malam Minggu setelah sholat Isya’, diadakan sebuah acara rutin untuk bapak-bapak (saya termasuk, karena sudah memenuhi syarat alias sudah tua T_T ). Acara ini diadakan di salah satu Langgar / Surau (di RT saya ada 2 Langgar).

Rangkaian acaranya sih, terdiri dari pembacaan Al Fatihah bersama-sama, tahlil, kemudian do’a. Setelah itu, ramah tamah sambil arisan πŸ˜€

Kalau dulu, beberapa tahun yang lalu, di arisan ini juga dibicarakan hal-hal yang menyangkut kehidupan jamaah Langgar. Misalnya, penggantian keranda mayat, acara kurban (menjelang Idul Adha), persiapan takbir keliling (menjelang Idul Fitri), perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW, dan banyak lagi lainnya. Bahkan acara kerja bakti pada hari Minggu juga sering dibahas di acara Tahlilan bapak-bapak ini dengan model manajemen bottom-up dimana semua orang dapat mengajukan saran dan usul… Dulu.. 😐

Sekarang, ada banyak perubahan.

Di acara rutin ini, tidak lagi diadakan pembahasan hal-hal semacam itu. Hanya baca Al Fatihah, tahlil, do’a bersama, dan terakhir arisan. Habis itu bubar, pulang ke rumah masing-masing. Urusan keduniawian (kerja bakti, penggantian keranda, dll) langsung ditangani oleh Pak RT. Modelnya top-down. Pak RT memberikan instruksi, warga menjalankan (walaupun pada pelaksanaannya banyak yang mangkir πŸ˜€ ). Urusan Langgar (perayaan hari besar keagamaan, dll) ditangani langsung oleh pengurus inti organisasi Langgar. Juga tanpa mempertimbangkan usulan dari jamaah yang tidak menjadi pengurus inti. Juga dengan model top-down.

Kenapa ya, kok ini terjadi???

……………….