Tulisan terakhir di-publish tanggal 18 Oktober 2021, sementara sekarang adalah tanggal 27 Oktober 2021 π . Hutang saya banyak banget yak >_<
Hari ini saya ingin bercerita tentang Teaching Factory. Program ini adalah sebuah program di mana SMK melibatkan para siswa untuk ‘bekerja’ sebagai bagian dari pembelajaran. Lah, kan sudah ada PKL/Prakerin (Praktek Kerja Lapangan/Praktek Kerja di Industri)?
Jadi, konsepnya begini; agar saya mudah menjelaskan, saya akan menjadikan KomLi saya, MMBs, sebagai contoh.
TeFa Multimedia, sesuai dengan kompetensi yang diajarkan, menerima job berupa dokumentasi pernikahan (foto dan video, prewed juga). Klien-nya berasal dari civitas akademika SMKN 1 Panji sendiri dan masyarakat umum. Harga, tentu saja lebih murah daripada studio profesional, walaupun alat yang digunakan tidak kalah atau bahkan lebih baik kualitasnya. Sebagai contoh, untuk prosesi akad dan resepsi (2 hari berbeda), TeFa kami pernah men-charge biaya sebesar Rp 600.000,00. Di bawah harga normal, yang bisa mencapai 750k. Saya sebagai penanggung jawab tidak berani men-charge lebih murah lagi karena pernah diprotes oleh teman yang punya studio.
Kalau lebih murah lagi kan nanti semua job kamu ambil!!!
Padahal kan ya, dak mungkin… Minggu kemarin saja, TeFa MMBs dapat 3 job di 3 tempat yang berbeda sudah agak kepontalan, apalagi kalau semua job sak Situbondo saya terima. Apa ya bisa??? π
Nah, terus, apa yang membedakan?
Semua itu, yang mengerjakan adalah siswa. Mulai dari konsep, shooting, sampai editing semua dikerjakan oleh siswa. Tim Produksi saya ada 10 siswa kelas XII dan (sementara ini) 4 siswa kelas XI. Ini sedang scouting personil baru agar ada proses regenerasi dan transfer ilmu ke kelas XI dan kelas X.
Siswa? Kualitas bagaimana? Ini kan momen yang sakral, hanya sekali seumur hidup..!
Di situ ada peran guru pendamping yang mendampingi dan mengawasi saat proses pengerjaan untuk menjaga kualitas produk anak-anak itu. Guru juga bertugas untuk negosiasi dengan para klien dan (kadang-kadang) menjadi sopir untuk mengantar-antar anak-anak ke tempat tugas
Pelajaran mereka bagaimana?
Proses kerja ini adalah penerapan dari ilmu yang mereka pelajari di kelas. Karena itu, mereka diijinkan untuk tidak di kelas/lab namun belajar langsung di event yang sebenarnya, sebagai latihan nanti di kelak kemudian hari, jika mereka memutuskan untuk membuka studio juga.
Kalau bukan kita yang mempercayai kemampuan anak-anak murid kita sendiri, siapa lagi???
Btw, melihat foto-foto ini, saya jadi ingat jaman dulu, waktu masih menangani TV Edukasi Situbondo… π
SEMANGAT !!!