game untuk pendidikan… bisakah?

Posted: 3 September 2007 in cerita, mimpi, pendidikan

Sebelumnya, saya perlu minta maaf karena tidak dapat membalas komentar-komentar yang masuk ke posting sebelumnya (Semangat, Pak!). Itu disebabkan oleh… sesuatu hal yang belum saya pahami benar. Singkatnya, saya ndak bisa meng-akses komentar-komentar itu. Access Denied adalah yang muncul setiap kali saya meng-klik link ke posting itu. Jadi, untuk membaca komentar-komentar yang ada, saya harus masuk ke e-mail dan kemudian membacanya di sana (ribet banget, kan?). Jadi, sekali lagi terima kasih dan mohon maaf kepada para sodara yang telah meluangkan waktu untuk memberikan komen di posting itu… Saya masih terus berusaha agar dapat meng-aksesnya. SEMANGAT!

Oke… Dan sekarang, masuk ke topik kali ini.

Ada beberapa topik yang akan dibahas dalam posting ini… Kebanyakan berhubungan dengan kehidupan pribadi sih… 🙄 😀 well, that’s the purpose of a blog, isn’t it? to share…

Yang pertama, sekedar menyampaikan bahwa hari ini merupakan hari besar bagi 2 orang penting dalam hidup saya. Yang satu berulang tahun, sementara lainnya menikah (itu lho, yang pernah saya ceritakan dulu itu T_T). Yang menikah sudah dibahas, jadi sekarang dak perlu diceritakan lebih lanjut. Selamat, gitu aja! Sementara yang berulang tahun sudah menghilang dari lingkaran kehidupan saya sejak lulus SMA. But still, she’s one of my precious.

Yang kedua, adalah tentang judul di atas. Begini ceritanya… Beasiswa yang saya terima adalah untuk mengambil program studi Game Technology. Bagian dari sebuah proyek jangka panjang Depdiknas untuk mencetak banyak game maker yang nantinya akan membuat banyak game bermutu untuk tujuan pendidikan. Tentu saja, sebuah rencana besar seperti itu akan mendapatkan dua respon. Yang mendukung, dan yang menolak.

Yang mendukung melihat bahwa ini merupakan suatu paradigma baru dalam sistem pendidikan di Indonesia. Game (computer-based) menyimpan potensi yang besar dalam menyampaikan ‘sesuatu’ dengan efektif kepada hampir semua golongan usia. Daya tariknya yang besar juga sulit untuk ditahan, dan mampu membuat seorang gamer dapat tidak tidur selama dua hari tiga malam untuk menyelesaikan sebuah campaign dalam Medieval:Total War. Dan sekarang, bayangkan jika daya tarik yang mampu memberikan tenaga ekstra itu dimanfaatkan untuk mengenalkan bagaimana alam semesta bekerja atau bagaimana sebenarnya proses komunikasi data dalam jaringan internet yang dikemas dalam bentuk sebuah game RPG. Begitu kata mereka yang mendukung…

Yang menolak melihat bahwa potensi game itu merupakan sebuah pedang bermata dua yang dapat berbalik melukai penggunanya. Mereka mengajukan contoh-contoh tentang bagaimana sebuah game semacam Doom dapat meracuni pikiran seorang remaja sehingga menganggap bahwa teman-teman sekolahnya adalah monster yang harus dihancurkan. Belum lagi tentang daya tarik game yang dapat membuat kecanduan dan menghambat perkembangan kinerja otak (this comment need a citation -_- ). Begitu kata mereka yang menolak…

Lalu, bagaimana dengan orang yang justru lebih asik nge-blog daripada ngerjain tugas coding ini? Mungkin begitu pertanyaan yang berkecamuk dalam benak beberapa pembaca (halaaah… bahasanya… terlalu… 😀 ). Jujur saja, saya memilih untuk mendukung program ini. Bukan karena saya merupakan bagian darinya, tapi karena saya mempercayai bahwa beberapa impian saya dapat terwujud jika program ini berjalan lancar. Salah satunya adalah penguasaan ilmu yang sama, tanpa ada perbedaan antara sekolah favorit ataupun sekolah pinggiran. Tidak ada perbedaan kualitas materi yang disampaikan kepada siswa, sehingga siswa yang bersekolah di sebuah sekolah desa pun menguasai berbagai ilmu yang selama ini seolah hanya menjadi monopoli siswa yang bersekolah di kota. It’s not a big dream like conquering the world, but for me, it’s something worth to fight for. Jadi, kesimpulannya, saya percaya bahwa game itu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan!

Nah, begitulah posting kali ini. Tidak terlalu touchy kan? Soalnya saya sungkan karena ada seorang teman yang lapor bahwa ada temannya yang menangis setelah membaca tentang Bumi dan Langit. Karena itu, sebisa mungkin saya berusaha menghindari membuat tulisan semacam itu lagi. Gimana enaknya, nih? Benar atau tidak pilihan saya ini?

PS:
*scroll ke atas, baca ulang*
Sepertinya, gaya tulisan saya yang ini agak aneh ya? Seperti gaya tulisan dalam sebuah dongeng anak-anak H.C. Anderson kan? Jangan bertanya bagaimana bisa, karena saya sendiri ndak tahu bagaimana itu bisa terjadi… :mrgreen:

Last but not least… SEMANGAT!!!

Komentar
  1. gies berkata:

    saya rasa tehnologi itu sendiri pun seperti pedang bermata dua, yaah kembali ke individu masing2 lagi tokh? hehe…saya sih lebih memilih ngeblog daripada coding…nggak ngerti soale, hehe:D

  2. gies berkata:

    eh pertamax ya 😉

  3. itikkecil berkata:

    Gak tau ya…. bukankah harusnya belajar itu menyenangkan… dan kalau lewat game bisa membuat pelajaran itu malah lebih cepat dimengerti what’s wrong with that????
    mungkin karena dari kecil anak Indonesia tidak biasa dibiarkan bermain…
    Ayo Adit…. SEMANGAT!!!!

  4. suandana berkata:

    # Bu Dokter
    Enggi… Selametan! Sukses dapat pertamax… 😀
    Yup… Memang, semua itu merupakan pilihan pribadi. Tapi, kalau rencana itu didukung oleh banyak orang, kemungkinan suksesnya kan akan lebih besar? 😉

    Dan… nge-blog itu memang asik… Suatu pendapat yang sulit untuk dibantah

    # Mbak Ira
    Terima kasih, Mbak… SEMANGAT!!! *terharu*

    mungkin karena dari kecil anak Indonesia tidak biasa dibiarkan bermain…

    Bisa jadi, Mbak… Banyak sekali orang tua yang belum memahami bahwa bermain dan belajar itu dapat dilakukan bersama-sama… 😦

  5. fiuuuh…kesyel rek…
    duwowo tenan…

    well, menurutku…
    sah sah aja kok, game untuk pendidikan…
    malah, keponakanku yang kecil itu, daya tangkapnya thp pelajaran lebih bagus ketimbang yang nggak ngegem.
    Tentu aja, gemnya juga kudu yang bener ngasinya…

  6. suandana berkata:

    # Siwi
    Makasih atas dukungannya…

    Tentu aja, gemnya juga kudu yang bener ngasinya…</p

    Ya iya lah…
    Jangan sampe anak sekecil itu mbok kasih game-game produksinya Illusion 👿

  7. 'K, berkata:

    jadi inget gem ponakan sayah
    Bobby bola
    hihihi
    lam kenal

  8. Joerig™ berkata:

    jadi inget kata2 vin diesel di pilem XXX …

    “… its ony education we got …”

    😆

  9. Joerig™ berkata:

    itu maksudnya “only” 😆

  10. almascatie berkata:

    gem berarti kompi *maaf kalo salah*
    Sayah sih sepakat jga sih kalo emang gem bisa dijadikan sarana untuk pendidikan…. tapi bukan menjadikan game sebagai guru untuk mendidik atawa bahasa kasarnya sih semua ilmu dipaketin ke gem dan anak yg mengambil hehhehe….
    Selain itu mungkin sayah masih dikit miris yah kalo emang program ini sukses yg sayah takutkan *moga-moga ga terjadi* adalah anak sekolahan yg didesa…
    Maaf karena melihat kondisi daerah sayah yg sedikit terlambat terhadap kemajuan pendidikan.. sayah khawatir adik2 sayah harus gigit jari karena hanya membayangkan tentang game ini sedangkan fasilitas tidak ada…

    Met Sukses Pak.. pendidikan negara ini butuh orang2 kreatif…
    *salam kenal*

  11. suandana berkata:

    # ‘K,
    Salam kenaaal… ^^

    # Teh Joerig
    Kalau dalam pogram ini, dimodifikasi jadi… it’s one of education we got :mrgreen:

    Soal “ony” yang dibaca “only” itu, bisa memaklumi kok…:lol:

    # Almas
    Salah satu kelemahan dalam sistem pembelajaran jarak jauh yang diterapkan sekarang adalah karena tidak adanya sentuhan ’emosi’ antara guru dan murid… Karena itu, menurut saya, tetap saja game ini hanya akan berperan sebagai sarana demo atau praktek. Bimbingan tetap dibutuhkan, karena game (kompie) hanyalah sebuah alat ^_^

    sayah khawatir adik2 sayah harus gigit jari karena hanya membayangkan tentang game ini sedangkan fasilitas tidak ada…

    Itu juga merupakan salah satu kekhawatiran saya, tapi saya percaya bahwa masalah sarana itu juga sudah masuk dalam perencanaan… terlepas dari pelaksanaan di lapangan nanti 😦

  12. ninoy berkata:

    iyah tuh setuju ama bang almas…education via game itu bagus koq..secara saat ini hampir seluruh dunia udah melek komputer dan internet, jadi ya bisa nyambil supaya anak2 dari kecil ngga gaptek ajah gt..tapi tetep perlu bimbingan juga mas, soalnya kalo tanpa bimbingan salah2 malahan jadinya ga dapet inti pelajarannya tapi malah yang laen 😀

  13. chosyi berkata:

    Pasti kita bisa buat GAme Pedagogy.. salam kenal dari tim Game Tech dari ITS… memang tugas kita berat… apalagi untik orang awam kaya saya… Edu Game emang udah banyak yang buat.. tp u Game Pedagogy… kita Pionernya… tetap semangat.. untuk kemajuan anak bangsa… Beasiswanya udah Cair belum??? He… he…

  14. suandana berkata:

    # chosyi
    Salam kenaaal… Teman seperjuangan euy… 😀
    SEMANGAT!!!

    Beasiswanya udah Cair belum??? He… he…

    Alhamdulillah sudah… Pertengahan bulan kemarin… Setelah enam bulan mengencangkan ikat pinggang! 👿

    Di sana bagaimana? Lancar kah?

  15. ipunk berkata:

    Yup setuju
    game yang selanjutnya akan disebut gem karena kemaren baru akan diusulkan oleh SEAMOLEC di Jakarta dan akan dipatenkan.
    Gem ini sangat membantu, palagi kayak buatan Boerini: Logika Matematika. SIIIP
    telat nih
    dah 2 tahun baru ikut

    hehehehe
    palagi lok ada versi mobilenya saya juga mau

    Hidup GEM EDUKASI

  16. Yade Trianto berkata:

    Saya baru2 ini tertarik meneliti game berbasis komputer terutama yang terkoneksi ke internet atau nama jenisnya yg lebih spesifik disebut sebagai Massive Multiplayer Online Game (MMOG). (baru tertarik, jadi baru mbaca ^^) Walaupun bermain game sudah sejak dari SD dan mungkin tergolong Hard Core Gamer, tapi baru kali ini, entah kenapa, saya jadi tertarik untuk meneliti pengaruh game secara luas. Riset pertama saya untuk membangun construct awal, saya lakukan dengan qualitatif. Dan sekarang berlanjut terus… ^^ Tapi ga dapet2 beasiswa tuh… Hehe…

    Membuat Edu Game, saya belum ngerti banget apa itu, tapi, dari urutannya sepertinya menitik beratkan edukasi dalam game. Dan contoh tersuksesnya mungkin adalah Carabella Goes to School, Outbreak at Watersedge, dll.

    Kalo bener kaya gini, menurut saya, Edu Game sudah patut untuk ditinggalkan, digantikan dengan menyuntikkan construct dari pendidikan itu sendiri ke dalam game yang tujuannya memang untuk komersial. Memberikan kesempatan belajar untuk pemain-pemainnya. Boleh kita lihat MMOG yang terkenal sekarang yang jumlah pemain terdaftarnya melebihi 1 juta orang dan melibatkan perputaran uang hingga 9 miliar dollar Amerika (2009) –> hanya untuk game industry Amerika saja. Sebut saja Ragnarok, World of WarCraft, Final Fantasy XI, dll, sudah menjadi perhatian dari gamer2 dunia.

    Construct2 dari pendidikan yang dapat disuntikkan dalam game tersebut dapat dilihat lebih detail pada paper-paper seperti (Bonk and Dennen, 2005); (Rouse, 2005); (Rosario and Widmeyer, 2009); (Clark and Ernst, 2009). Juga ada sebuah buku menarik dari (juga) seorang Hard Core Gamer bernama Rusel De Maria dengan judul RESET: Changing The Way we Look At Video Games. Mungkin juga ulasan2 terbaru oleh James Gee (Arizona State University), yeah, doi akhir2 ini sering jadi sorotan media… Dan kata2nya, yeah, banyak benernya juga koq… ^^

    Maju terus riset tentang Computer-based game nya Mas, semoga sukses, dan maju terus pendidikan Indonesia.
    Terimakasih… ^^

  17. […] saat ini, saya masih mempercayai dan meyakini apa yang saya tulis dulu.. saat masih di ITB, belajar tentang Game Technology. Dan, saya masih terus mencoba membuat game dengan genre […]

Tinggalkan komentar