“Dit, lagumu iku…” kata seorang teman, kemarin, saat mendengarkan lagu-lagu yang diputar freedha (nama laptop saya tuh… )
“Heh, ono opo ambe’ lagune?” tanya saya dengan cool π
“Kok jadul banget, se?”
Waktu itu (sampai sekarang playlist-nya belum berubah sih… ), yang dimainkan adalah lagunya Maya Angela, berjudul Bangku Tua. Kata teman saya, itu adalah lagu yang didengarnya waktu dia SD. Tahun 80-an gitu… Saya sendiri kurang paham timeline lagu-lagu π
Berikut adalah list lagu lain yang ada di playlist saya waktu itu.
- Suratku, dinyanyikan oleh Heidi Yunus
- Hatimu Hatiku, dinyanyikan oleh Muchsin Alatas & Titik Sandora
- Begitulah Cinta, dinyanyikan oleh Harvey Malaiholo & Sheila Madjid
- Mengapa Kau Tinggalkan Aku, dinyanyikan oleh Irianti
- Gang Kelinci, dinyanyikan oleh Rani
Sebenarnya ada lebih banyak, tapi yang saya ingat dengan lengkap hanya itu… m(_ _)m
Kembali ke pertanyaan teman saya itu “Kenapa kok jadul banget se?” yang bisa diartikan bahwa dia menanyakan alasan kenapa saya suka lagu yang ngetop pada jaman sebelum saya lahir dan atau pada saat saya masih di SD itu…
Well, saya hanya bisa balik bertanya. Perlukah sebuah alasan? Bukankah rasa suka terhadap sebuah karya itu merupakan sesuatu yang timbul begitu saja? Sama seperti jika melihat sebuah lukisan, patung, dan berbagai bentuk seni lainnya. Perlukah alasan?
Kita, manusia, terkadang terlalu terfokus pada usaha untuk menemukan alasan dari segala sesuatu. Sampai lupa untuk menikmati…
ps:
- Mungkin Anda akan bingung membaca tulisan ini, dan bertanya-tanya… “maksudnya tulisan ini apa sih?”
- Kalau iya, sebaiknya Anda berhenti bertanya, dan terima serta nikmati saja lah… π
- *pasang armor suit, aktifkan pertahanan rudal, duduk santai dalam bunker sambil mendengarkan lagu-lagu jadoel* π
ah lagu suratku itu…. jadi inget pas saya dicampakkan oleh seseorang dulu.
# Mbak Ira
Hee? π― Dicampakkan? π―
Tapi, sudah beres kan, Mbak? Dak teringat pada kenangan itu gara-gara saya bikin tulisan ini kan? *merasa bersalah*
aih ga sangka jadulnya smp ke jaman om muchsin n tante titik! hihihi..tp lagu jadul enak2 ko buat didengerin π
*ikut masuk bunker buat dengerin lagu2*
# lei
Mungkin alasan itu sudah cukup ya… enak buat didengerin… π
ha? lagu apa itu? π―
yang tau cuma suratku heidiyunus doang
enakan pance pondaag
saya suka tuh lagunya…
*ups, saya kan belum tua banget ya*
aih aih sama dengan aku mas, aku suka lagu jadul….tapi ga sejadul lagu mas adit sih π yaaaa jadul menurut umurku sih *ditabok mas adit* tp aku lumayan tau lagu2 itu sih dan enak juga menurutku π
tak ada yang salah ama jadul.. hahahhaha…
malah bikin semakin betah angrem di bunker….. π
lagunya yang mana ya??? *bletak!!* ditimpukin..
huehehehe…ketauan adik-adik saya bakal diprotes abis-abisan tuch…
saya aja nyanyi lagu-nya M.E. (padahal jaman sma nich) diprotesnya seminggu lebih… :p
# eMina
Heh? belum pernah dengerin lagu-lagu itu? π―
Apakah selera musik saya itu sedemikian jadul-nya? T_T
# ‘K,
π
Mungkin… Soalnya, saya ndak memperhatikan penyanyinya. Kalau lagunya enak didenger, ya, saya suka…
# mybenjeng
*toss dulu*
Yang muda pun boleh suka lagu-lagu itu kok… π
# ninoy
Ah… memang lagu-lagu jadul itu banyak yang sip. Lagu yang baru juga banyak, sih… π
# Pak Gempur
π
*semakin serius angrem di bunker*
Mau gabung, Pak?
π
# raddtuww tebbu
π
Mentang-mentang masih muda…
π
# sezsy
Sepertinya, itu lebih karena faktor penyanyinya deh, bukan lagunya π
*pasang tameng*
lagu boleh jadul, tapi pemikiran ga boleh jadul
tul ga???
*bletak…ditimpuk karena sok tau*
# adeksetiawati
Iya… betul… Tapi, pemikiran jadul yang baik-baik dan bermanfaat juga perlu dilestarikan lho…
musik jadul, dengan nada sederhana tapi mampu menghipnotis sukma. Kolaborasi antara musik dan penyanyi menimbulkan getaran2 yg dikirim ke otak kecil.
Secangkir kopi dan sebungkus rokok memang teman yg tepat untuk menikmati musik ini…. ah indahnya
*penikmat musik 70 – 80 an*
# Mbah Sangkil
Iya… Entah kenapa, kok lagu-lagu sederhana itu mampu memberikan efek seperti itu ya? Sementara lagu-lagu jaman sekarang, kok jarang banget yang bisa memberikan efek sama… *mikir*