Ini cerita bersambung… Met baca… ^_^
Aku duduk sendiri di dekat api unggun. Teman-teman yang lain telah pulas di kantong tidur masing-masing. Angin yang berhembus di pegunungan memang selalu membuat orang tidur cepat. Namun entah kenapa, aku tidak ingin tidur. Aku masih ingin memandangi bintang-bintang. Seperti yang dulu sering kami lakukan…
Suatu malam, di bawah bintang yang sama, di tempat yang berbeda, dia memintaku untuk menunjuk satu bintang. “Kenapa?” tanyaku tak mengerti.
“Sebagai simbol tujuan hidupmu!” jawabnya dengan mata yang berbinar, memantulkan cahaya temaram api unggun. “Ingin jadi apa kamu? Bintang Senja, yang menjadi pioneer, pembuka jalan? Bintang Selatan yang menunjukkan jalan dalam mencapai tujuan? Atau Bintang Pagi yang bersinar terang sendirian di saat bintang lain telah menghilang?”
Malam agak larut saat dia menunjuk sebuah gugusan bintang. “Itu bintangku…” katanya. “…sama seperti Orion yang memberikan harapan akan datangnya hujan di tengah musim kemarau, aku ingin menjadi orang yang dapat memberikan harapan baru saat semua jalan terlihat buntu…”
Aku menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Orion juga ada di sana. Apakah dia telah berhasil menjadi Orion? aku bertanya kepada angin yang membelaiku dengan kehangatannya. Tak ada jawaban…
Di waktu yang lain, di bawah bintang yang sama, di tempat ini, aku bertanya kepadanya. “Bagaimana jika kita harus menempuh jalan yang berbeda?”
Dia tidak menjawab, tapi rangkulannya di lenganku terasa semakin erat. “Jangan tanyakan tentang masa depan. Jalani saja hidup ini… Di sini… Saat ini… Kita bersama… Itu sudah cukup bagiku…”
Dan sekarang, di tempat ini, dia tidak ada di sini… Karena jalan yang kami tempuh berbeda…
bersambung ke bagian selanjutnya…
Hmm, filosofi air nih. di tunggu lanjutannya! 😀
oh, begitu ^_^
cinta kan tidak harus memiliki dit?
😥
uhm..saya bintang pagi saja deh…penyendiri soalnya…:P
*baca sampe selese* eh ceritanya sedih kynya niih…dtunggu sambungannya yaaa:)
..udah pake rangkul-rangkulan…
# benbego
filosofi air? maksudnya bagaimana ya? bisa tolong dijelaskan?
# eMina
iya, begitu… T_T
# Mbak Ira
wah, baru bagian pertama kok sudah menangis gitu sih, Mbak? saya kan juga ikut sedih nih… 😦
# gies
memilih bintang pagi ya… siap dengan konsekuensinya kah? menjadi bintang pagi itu berarti menjadi harapan terakhir, di saat semua harapan lain telah hilang, lho ya…
# caplang™
maunya sih, ndak pake begitu-an, tapi… pesan sponsor tuh… 😈
ehem eheeem…
menye menyeeee….
😆
kalo kata temenku (tentang bintang lho Mas) jangan pikirkan bentuk bintang, nikmati saja indahnya
😉
belom dapet gantinya yaaaa???
# Nyonya 49 a.k.a Swiwi
Hohohoho… begitu toh? Ikuti aja kelanjutan cerita bersambung ini… 😉
hm begini, mina tak bermaksud mencela atau apalagi menegur atau apalah…
Tapi bapak ini terlalu melankolis mengingat masa lalu. Bapak ini orangnya melankolis sekali.
ah, btw saya jd khawatir malah shoot to the massanger ato ad hominem lagi nih 😀
Maap ya..
btw, karna saya suka menulis dan lumayan suka mengamati tulisan orang juga, hm, berdasar kan analisis sayah.. *halah sok jadi penulis seleb*
cerpen bapak itu lumayan bagus juga. meskipun tidak menyuguhkan sesuatu yang baru atau sebuah eksperimen yang berani (misalnya tentang hal tidak lazim terjadi). Tapi susunan kata-katanya sudah bagus banget, suasana “kesedihan dan mellow”-nya terasa.
Saran Mina, buatlah karakter spektakuler, misalnya bapak menjadi “aku” sebagai seorang perempuan, menantang bukan? 😀 . Saya jg sering bereskperimen menjadi laki -laki atau psikopat
dan background tempatnya lebih dideskripsikan dengan jelas lagi, agar pembaca bisa lebih merasakan sensasinya.
sekian saran dari Mina.
Sekali lagi, bukannya saya ingin menyebut cengeng (eh, sudah di sebut ya?), tapi ini mellow banget. Pengalaman pribadi (mungkin?) yang bagus dijadikan ide cerpen.
# eMina
Terima kasih banyak atas sarannya… Dan, cerita ini memang inspired by true story 😀 …
Trus, untuk bereksperimen menjadi orang yang lain dari karakter saya sebenarnya… Sepertinya, belum waktunya deh…
Mana sambungannya? 😈
Mas adit
marshmellowmellow ya ?# takochan
sabar lah… bentar lagi juga di-upload… *sok sibuk*
Ah, tidak kok… Hanya ingin menyampaikan ‘sesuatu’ saja… *sok misterius*
makanya, diikuti terus ceritanya ya… 😉 😆
[…] 28, 2007 oleh suandana lanjutan dari dia yang seperti bintang […]
Site has been added to my personal RSS feed regarding later searching.